Sering
kita mendengar cerita dimasyarakat tentang orang yang tidak cocok pada
keris pusakanya, baik keris dari warisan, pemberian orang, mas kawin
atau yang mendapatkan dengan cara-cara lainnya. Ada banyak sekali jenis
dari keris yang berpamor pemilih dan berpamor yang kurang baik, hal ini
dikarenakan oleh berbagai macam faktor diantaranya :
1. Saat Empu membabar / membuat pusaka
konsentrasinya terganggu oleh sesuatu hal sehingga mantra yang
seharusnya baik menjadi salah ucap atau tidak sesuai maka mengakibatkan
keris tersebut mempunyai tuah yang kurang baik Contohnya : Pusaka Empu
Gandring, sebelum keris selesai dibuat sang Empu dibunuh oleh Ken Arok
dan mengucapkan kata – kata kutukan yang masuk ke keris tersebut, dan
terbukti keris tersebut mempunyai tuah seperti maksud dari kutukan empu
Gandring.
2. Pamor Adalah sebuah bentuk ilustrasi
atau gambar yang muncul dipermukaan bilah keris, nama-nama pamor sangat
banyak dan beragam sesuai bentuk dan kemiripannya dengan alam, sebagai
contoh ; Pamor Beras Wutah, Pamor Sasa Sakler, Pamor Blarak Ngirid,
Pamor Udan Mas dan lain sebagainya. Terdapat beberapa jenis pamor yang
memang mempunyai tuah yang kurang baik antara lain :
Pamor Satria Wirang : membawa kesengsaraan pemiliknya.
Pamor Sujen Nyawa : pusaka ini menginginkan pemiliknya untuk segera meninggal.
Pamor Dengkiling : mempunyai angsar cengkiliing / jahil pada pemiliknya.
Pamor Yoga Pati : angsarnya anak pemilik pusaka sering sakit sakitan.
Pamor Tundung : membuat pemiliknya sering pindah-pindah tempat / usaha.
3. Ada beberapa pusaka yang pemilih, maksudnya pusaka ini hanya cocok
pada orang – orang tertentu saja sehingga kalau tidak cocok dengan
seseorang yang memilikinya maka akan menjadikan pemiliknya tidak nyaman
atau tidak tentram dalam berbagai kehidupan. Pusaka ini biasa tersirat
pada pamor atau juga dapur pusakanya. Sebagai contoh sebuah keris dapur
Kebo Lajer adalah keris untuk para petani dan peternak maka tidak akan
cocok atau tidak sesuai jika dimiliki oleh seorang pejabat, Keris Dapur
Sangkelat adalah keris untuk para petinggi tidak akan cocok untuk
petani.
4. Pusaka yang sudah cacat atau tidak WUTUH juga mempunyai
pengaruh kurang baik pada pemiliknya, seperti pegat waja, pugut / putus ,
Nyangkem kodok, Randa beser dan sudah terlalu aus sehingga sudah tidak
terbentuk lagi sebagai pusaka. Hal ini dapat digambarkan seperti mobil
jika remnya sudah tidak ada maka mobil tersebut akan sangat membahayakan
bagi yang mengendarainya. Muncul pertanyaan “Keris yang tidak cocok
tersebut harus dikemanakan ? “, Bila keris tersebut cacat maka bisa
dibetulkan oleh seorang empu dimasa sekarang masih ada empu yang dapat
memperbaiki keris yang cacat atau rusak tepatnya di kota Solo atau
Jogyakarta, tapi ada juga yang rela keris –keris tersebut dilarung ke
sungai tapi ini adalah suatu tindakan yang keliru, karena keris tersebut
adalah juga suatu karya yang adiluhung maka sebaiknya diserahkan ke
Museum, kalau di Semarang dapat diserahkan ke Museum Rangga warsito yang
siap untuk menerima pusaka – pusaka anda yang memiliki ciri-ciri yang
kurang baik”. Jika sampai hilang dari nusantara maka untuk studi
penelaahan keris akan menemui hambatan sebab banyak keris yang hilang
karena dilarung. Walau keris itu Kurang Cocok alangkah baiknya jika
diserahkan ke museum, biar negara yang menampung dan merawatnya agar
budaya adiluhung kita tidak hilang. Maka jika ingin memiliki pusaka
KERIS sebaiknya memperhatikan 3 hal yaitu TANGGUH, SEPUH dan WUTUH
seperti yang telah diulas pada episode sebelumnya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa, semua hasil karya manusia yang gagal atau salah dalam
perhitungan, pengerjaan atau perencanaan akibatnya akan dapat
membahayakan manusia, jadi tidak hanya keris. Jembatan, rumah, toko,
gedung juga memiliki pengaruh yang tidak baik bagi yang menempati atau
memiliki jika terdapat kegagalan dalam proses pembuatannya. intinya jika
sesuatu hal itu dirancang dan dikerjakan dengan