Search This Blog

Saturday, September 21, 2019

Wuku Landep

Wuku Landep. 


Dewanya Sanghyang Batara Mahadewa = bagus rupanya, terang hatinya, gemar bersemadi. Kakinya direndam dalam air = perintahnya keras didepan dingin dibelakang, kasih sayang. Pohonnya : Kendayakan = jadi pelindung orang sakit, orang sengsara dan orang minggat. Burungnya : Atat kembang (kakatua) = jadi kesukaan para agung, jika menghambakan diri jadi kesayangan. Gedungnya didepan = memperlihatkan kekayaannya, pradah hanya lahir. Keris yang Cocok : Pandhawa, Rarasinduwa, Sempana Badhong, Semar Mesem, Semar Getak, Semar Tinandhu dan Brojol.
Tokoh wayang Batara Mahadewa adalah nama Dewa Keluhuran, kemuliaan dan kepahlawanan. Ia bersemayam di Kahyangan Argapura. Sanghyang Mahadewa adalah putra kedua Sanghyang Manikmaya, raja Tribuana dengan Dewi Umarakti/Umaranti. Ia mempunyai dua orang saudara kandung masing-masing bernama : Sanghyang Cakra dan Sanghyang Asmara. Sanghyang Mahadewa juga mempunyai enam orang saudara seayah lain ibu, putra Dewi Umayi masing – masing bernama : Sanghyang Sambo, Sanghyang Brahma, Sanghyang Indra, Sanghyang Bayu, Sanghyang Wisnu dan Bathara Kala.

Perwatakan Sanghyang Mahadewa meliputi perwatakan semua saudara-saudaranya. Kejujurannya seperti Sanghyang Sambo, semangatnya seperti Sanghyang Brahma, tajam perasaannya seperti Sanghyang Indra, kebijaksanaannya seperti Sanghyang Wisnu, taat dan patuhnya seperti Bhatara Kala, bening dan telitinya seperti Sanghyang Cakra.Sanghyang Mahadewa bertugas untuk memberikan anugrah kepada para tapa dan selalu diutus/ditugaskan membawa pakaian raja dan tanda kebesaran kerajaan apabila ada penobatan raja yang direstui Sanghyang Manikmaya.

Seperti penyerahan jamang/mahkota yang terbuat dari emas kepada Prabu Pandu, raja negara Astina, dan Balai Kencana Soka Domas (balai yang terbuat dari emas yang bertiang delapan ratus) sebagai singgasana Prabu Rama di Suwelagiri. Sanghyang Mahadewa diserahi wewenang untuk menguasai sorga. Ia juga merupakan seorang prajurit pilihan dan menjadi senapati angkatan perang Dewa.

1       2       3        4       5       6       7       8       9       10......

Wuku Sinta

Wuku Sinta. 
Dewanya Sanghyang Batara Yamadipati = wataknya seperti raja dan pendita, banyak kemauan, keras, cepat bahagia, bakat kaya harta benda. Memanggul tunggul = mudah mendapatkan kesenangan hidup. Kaki belakang direndam dalam air = perintahnya panas didepan dingin belakang. Pohonnya : Kendayakan = jadi pelindung orang sakit, orang sengsara dan orang minggat. Burungnya : Gagak = mengerti petunjuk gaib. Gedungnya di depan = memperlihatkan simbol kekayaannya, pradah hanya lahir. Keris yang Cocok : Panimbal, Condong Campur, Jalak Tilamsari, Jalak Dhinding, Jalak Sangutumpeng dan Jalak Ngore.

Shinta merupakan puteri dari seorang bidadari bernama Batari Tari atau Kanun isteri dari Rahwana. Konon, Shinta adalah titisan dari Btari Widawati istri dari Dewa Wisnu.
Pada bulan ke-7 Kanun yang tengah “mitoni” kehamilannya, tiba-tiba membuat geger istana Alengka, lantaran bayi yang dikandung itu diramalkan oleh beberapa pendeta yang ada dalam pesta, bakal jadi “isteri” Rahwana (ayahnya sendiri). Rahwana naik pitam. Ia bangkit dari singgasananya serta berkeinginan memenggal kepala Kanun. Namun sebelum terwujud tiba-tiba Rahwana membatalkan niatnya karena berpikir siapa tahu anaknya akan menjadi anak yang cantik. Dengan demikian, diapun akan bersedia untuk menikah dengannya.

Benar saja, dikala Rahwana tengah dinas luar, permaisurinya melahirkan seseorang bayi wanita dengan wajah yang amat cantik bercahaya laksana bulan purnama. Wibisana (adik Rahwana) yang suci serta penuh dengan perikemanusiaan itu, selekasnya mengambil bayi itu serta dimasukkan ke dalam ketupat Sinta, lalu dilabuhkan ke dalam sungai. Cuma Dewa lah yang dapat menolongnya, begitulah pikir Wibisana. Ia selekasnya membuat mega mendung yang hitam menjadi seseorang bayi lelaki yang nantinya bakal bernama Megananda atau Indrajit.

Syahdan seorang pertapa bernama Prabu Janaka dari negeri Mantili, memohon pada dewa supaya dianugerahi keturunan. Begitu terkejutnya dia saat membuka mata, mendengar tangis bayi dalam ketupat yang sedang tenggelam terapung di sungai. Bayi itu diambilnya dengan senang dibawanya pulang diangkat sebagai anaknya. Lantaran bayi itu diketahui berada didalam ketupat Sinta, maka ia diberinya nama Sinta. Setelah berusia 17 tahun Sinta membikin geger semua pemuda, baik taruna-taruna dalam negeri ataupun luar negeri karena kecantikannya.

Suatu hari, dibuatlah sayembara. Siapa saja yang dapat menarik busur raksasa pusaka negara Mantili, akan menjadi jodoh Sinta.
Ramawijaya yang tengah berguru pada Brahmana Yogiswara, disarankan untuk mengikuti sayembara. Jelas saja, Rama sukses, lantaran ia merupakan titisan Wisnu . Pertunangan serta perkawinan sekalian disemarakkan dengan pesta pora, baik dinegeri Mantili ataupun di Ayodya. Tetapi nasib kurang baik untuk mereka berdua, ketika menikmati bulan madu, tiba-tiba mahkota kepunyaannya diminta oleh Kekayi, ibu tiri Rama.
Dasarata Bapak Rama disuruh agar menyerahkan mahkota pada Bharata (adik Rama). Selain itu Rama, Sinta dan Laksmana mesti meninggalkan istana masuk rimba belantara selama 13 tahun lamanya.

Dalam pembuangan di rimba, Sinta tidak kuasa menahan hasratnya untuk menguasai Kijang Kencana yang menggodanya, yang tidak seharusnya dipunyai oleh seseorang yang tengah prihatin. Apa yang gemerlapan itu, awal mulanya disangkanya akan membahagiakan dirinya, namun malah sebaliknya. Bukan hanya Kijang Kencana yang bisa ditangkap, namun terlebih ia di tangkap serta ditawan oleh nafsunya sendiri, yang diwujudkan dalam bentuk Rahwana. Secara singkat ia diruda paripaksa, dimasukkan sangkar emas di Alengka lebih kurang 12 tahun lamanya.

Suatu saat, Rahwana berhasil dikalahkan oleh Raden Ramawijaya, hingga terbebaslah Dewi Shinta dari belenggu Rahwana.Namun, tidak hanya sampai disitu saja penderitaan Shinta. Setelah terbebas, dia masih dicurigai kesuciannya oleh suaminya sendiri Ramawijaya. Maka untuk menunjukkan bahwasanya sepanjang dalam penguasaan Raja Alengka itu Sinta belum ternoda, Shinta membuktikan diri dengan terjun kedalam api. Oleh para dewa kahyangan, Shinta diselamatkan dari amukan api yang berkobar. Loloslah Shinta dari ujian kesucian.

Dari cerita tersebut diatas, dapatlah ditarik kesimpulkan : bahwa orang yang mengejar sesuatu hal hanya dengan mengandalkan hawa napsunya dan tidak waspada, maka apa yang dia anggap akan membahagiakan dirinya itu malah justru akan mencelakakannya.

1       2       3       4       5       6       7       8       9       10......

Friday, May 4, 2018

BROJOL PAMOR ADEG

Dalam masyarakat yang memandang keris dari sisi isoteri, seringkali dhapur keris Brojol ini dikaitkan dengan tuahnya “memperlancar kelahiran jabang bayi”. Sehingga mungkin banyak orang yang menganggap keris ini hanya cocok untuk mereka yang berprofesi sebagai dukun bayi. Benar dan tidaknya mengenai tuah tersebut, hanya Tuhan yang mengetahui. Namun di sisi lain, dijumpai bahwa banyak masyarakat yang memperoleh pusaka warisan keluarga ber-dapur Brojol, meskipun mereka bukan dari keturunan dukun bayi.
Brojol, sebagai simbol kelahiran
Keris Dapur Brojol, sebagaimana dhapur keris lainnya merupakan suatu karya yang mempunyai muatan spiritual berupa ajaran-ajaran hidup. Secara terminologi, brojol memang identik dan terkait dengan masalah kelahiran. Brojol merupakan istilah Jawa untuk ungkapan peristiwa kelahiran jabang bayi ke dunia. Keris berdapur brojol, sebagai simbol kelahiran bayi sebenarnya bukan pada proses kelahiran itu sendiri yang akan disampaikan, akan tetapi ditujukan pada kesucian jabang bayi yang baru dilahirkan, yaitu fitrah manusia.
“Ajaran-ajaran Jawa disampaikan penuh dengan pengetahuan esoterik yang merangsang angan-angan dan perenungan.“
(Niels Mulder, 2001:129)

Penafsiran yang dilakukan sangat tergantung wawasan dan pengalaman masing-masing pribadi yang sangat subjektif. Dalam budaya suatu ajaran yang dianggap penting jika disampaikan tanpa simbolisasi tentu menjadi tidak menarik dan juga kurang menyenangkan, karena disampaikan secara biasa-biasa saja (polos) dan tegas. Sebaliknya semakin tersembunyi (simbolik) dan semakin rumit maka akan semakin menarik dan makin mengembangkan pemikiran.
Fitrah Manusia
Fitrah manusia merupakan potensi dasar yang ada pada manusia untuk percaya adanya Tuhan dan selalu condong kepada kebenaran. Fitrah ini diciptakan dan bersumber dari Tuhan. Oleh karenanya, fitrah manusia mengarah kepada tujuan yang satu, kebenaran, dan kesucian jiwa yang menjadikan manusia selalu kembali dekat kepada Penciptanya. Pada hakekatnya, dalam diri manusia ada fitrah untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhkan diri dari perbuatan jahat. Nurani manusia selalu merindukan kedamaian dan ketenangan. Jauh di dalam lubuk hati manusia, pada dasarnya selalu ada kerinduan untuk terus menerus mengikuti jalan agama yang benar. Inilah fitrah manusia yang sesungguhnya, fitrah yang diajarkan agama.
Fitrah manusia itu pada dasarnya memiliki kecondongan membutuhkan adanya Tuhan Sang Pencipta. Dengan kecenderungan fitrah inilah manusia; bagaimanapun ingkarnya dia; ketika ia dalam keadaan tak berdaya, maka tetap akan mengakui keberadaan dan kekuasaan Tuhan. Inilah hakikat fitrah manusia. Apabila mereka taat dan patuh pada perintah Tuhan, mereka akan selalu dekat dengan-Nya. Apabila ia dekat dengan Tuhannya, ia akan selalu merasakan kehadiran Tuhan setiap saat. la akan merasa bahwa setiap perilakunya, gerak geriknya berada dalam pengawasan Tuhan. Jika fitrah manusia telah kembali dan terjaga, timbul sifat ihsan dalam dirinya. Serasa ia berada dalam perhatian Tuhan, sehingga menjadikannya tertib dan berhati-hati dalam setiap sikap dan perbuatan. Prinsip kebaikan ini diakui oleh seluruh umat manusia, sedangkan perilaku yang tidak baik akan senantiasa mengantarkan manusia menuju kehinaan dan kesengsaraan.

Ironisnya, banyak di antara kita yang melupakan fitrah insaniyah (kemanusiaan) kita. Sebagian besar kita justru dipengaruhi, bahkan dikuasai oleh nafsu. Kita sering menjadikan nafsu sebagai illahi (Tuhan) dalam kehidupan ini. Padahal dalam ajaran agama Tuhan secara tegas mengecam para budak “nafsu”. Tidak lain seperti halnya binatang yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Betapa nista dan hinanya sebutan padanan yang diberikan Tuhan kepada para pemuja nafsu. Mereka diibaratkan seperti binatang, bahkan jauh lebih hina dari binatang. Inilah saat ketika manusia tergelincir berbuat kejahatan yang menghinakan dirinya serta menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan agamanya. Manusia diciptakan sebagai mahluk paling sempurna, karena dikaruniai akal. Akal akan menuntun manusia untuk menentukan derajatnya, apakah di bawah binatang atau bahkan di atas malaikat.

Dalam pandangan Jawa ada dua macam nafsu yang sangat menghalangi nilai kemanusiaan, yaitu hawa nafsu (nafsu-nafsu) dan pamrih (egoisme). Tak perlu disebutkan disini bermacam nafsu, namun secara umum ada idiom yang di sebut Mo-Limo, yaitu Madat (nyandu obat terlarang), Madon (main perempuan, selingkuh, seks bebas), Minum (Mabuk), Maling (mencuri, menipu, korupsi), dan Main (judi).

Hawa Nafsu yang tidak baik, merupakan perasaan dan tindakan kasar yang melemahkan kontrol diri manusia sehingga dapat melemahkan kekuatan batin. Orang yang dikuasai nafsu menunjukkan bahwa akal budi belum menduduki pengendalian jiwanya. Manusia semacam itu tidak lagi mengembangkan segi-segi halusnya (perasaan) dan kebanyakan akan menimbulkan konflik dan pertentangan, baik dalam keluarga maupun dalam lingkungannya dengan masyarakat.

Halangan yang kedua yaitu Pamrih (egoisme). Bertindak oleh karena pamrih berarti hanya mementingkan kepentingannya sendiri tanpa mengindahkan kepentingan orang lain bahkan seringkali merugikan orang lain. Pamrih merupakan sikap yang memperlemah manusia dari dalam. Pamrih terutama terkait dengan tiga nafsu, yaitu menganggap dirinya paling berkuasa, menganggap dirinya yang paling benar, dan hanya memperhatikan kebutuhan diri sendiri.

Dua macam nafsu tersebut menjadi halangan manusia mencapai Fitrah yang telah diberikan oleh Tuhan. Banyak keinginan manusia diluar kebutuhannya. Manusia yang telah dikuasai oleh nafus selalu berusaha untuk memenuhi segala keingannnya tanpa batas, meskipun ditempuh dengan cara-cara yang merendahkan derajat/martabatnya (suap, korupsi, menipu orang lain, mencuri dan sebagainya). Hasil tersebut dapat memenuhi keinginan manusia untuk memperoleh uang dan harta yang melimpah, rumah mewah, mobil banyak, sandangan serba bergengsi, gaya hidup hedonisme/konsumtif, dan sebagainya.

Meskipun hal tersebut dapat diperoleh, akan tetapi dari lubuk hari yang paling dalam, ada perasaan tidak tenteram, merasa berdosa, itulah fitrah yang diberikan Tuhan pada manusia. Bagi manusia yang masih sadar akan eksistensi kemanusiaannya, tentu ia tidak mau merendahkan derajatnya, ia akan selalu berusaha untuk mempertahankan fitrah kemanusiaannya. Bahkan, ia akan selalu berusaha meningkatkan derajat serta kualitas kemanusiaannya. Tetapi bagi mereka yang telah dibutakan mata hatinya oleh dekapan nafsu, la akan terlena dan terbuai, tidak mempedulikan lagi fitrah kemanusiaannya yang suci. la akan terlelap dalam bisikan nafsu, sampai akhirnya maut datang menjemputnya.

Untuk mengendalikan nafsu-nafsu dapat dilakukan dengan cara laku tapa dengan sedikit mengurangi makan, tidur, menguasai diri dibidang seksual, dan lain sebagainya. Sebagaimana dalam Serat Wulangreh tembang Durma :
“Dipun sami ambanting sariranira, cegah dhahar lan guling, darapon suda, nepsu kang ngambra-ambra, rerema ing tyasireki, dadi sabarang karsanira lestari“
(Lakukanlah prihatin, janganlah terlalu banvak makan dan terlalu banyak tidur, agar nafsu yang menyala-nyala dapat berkurang dan hati menjadi tenteram. Akhirnya segala sesuatu yang hendak dicapai akan terlaksana)
Sesuai dengan hal tersebut, bagi orang Jawa laku tapa bukanlah meniadakan sama sekali dorongan biologis akan tetapi sekedar mengatur dan membatasinya. Hal tersebut tentu dapat dicapai dengan membiasakan diri atau latihan. Taat terhadap perintah Tuhan dan selalu menjalankan apa yang telah diajarkan dalam agama juga merupakan suatu laku tapa. Sehingga dengan laku tapa demikian, diharapkan akan mendekatkan diri kepada Tuhannya dan diharapkan manusia selalu pada fitrahnya.

Pijetan menunjukkan kelapangan hati, Gandik polos menunjukkan ketabahan.
Dapur Brojol mempunyai ricikan Pijetan yang merupakan simbol dari kelapangan hati. Gandik polos merupakan simbol ketabahan dalam menjalani hidup. Kelapangan hati terhadap sesuatu yang diperoleh, khususnya terhadap keadaan yang tidak menyenangkan hati. Fitrah manusia itu pada dasarnya memiliki kecondongan percaya pada kekuasaan dan takdir Tuhan. Takdir bagi orang Jawa disebut dengan istilah “pepesthen“. Pepesthen mempunyai arti segala sesuatu yang menyangkut hidup manusia tidak dapat dilepaskan dari takdir Tuhan. Ada ajaran Jawa yang mengatakan :

“Ora ana kasekten sing madhani pepesthen, awit pepesthen iku wis ora ana sing bias murungake“
(tiada kesaktian yang mempunyai kepastian sebagimana yang dimiliki Tuhan, karenanya tidak ada yang dapat menggagalkan kepastian dari Tuhan)
Oleh karena itu, dalam paham ajaran Jawa selalu beranggapan bahwa merah-birunya kehidupan tergantung dari takdir Tuhan. Peristiwa kehidupan di dunia yang menyangkut keselamatan-bencana, sengsara-kesenangan, kekayaan-kemiskinan, dan sebagainya sudah merupakan pepesthen. Atas dasar itu, orang Jawa menyikapi pandangan hidup dengan sekedar menjalankan apa yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Brojol Merupakan Ajaran Hidup Menuju Fitrah Manusia
Dhapur Brojol yang sederhana merupakan suatu simbol mengenai ajaran hidup bagaimana seseorang untuk menjaga fitrah yang telah diberikan oleh Tuhan. Meskipun bentuknya sederhana, dhapur keris ini sarat dengan ajaran hidup yang sangat dalam. Meskipun fidak mudah untuk mencapainya, namun paling tidak ajaran ini mengingatkan manusia. Seorang yang masih sadar akan eksistensi kemanusiaannya, tentu ia tidak mau merendahkan derajatnya, ia bahkan akan selalu berusaha untuk mempertahankan fitrah kemanusiaannya. Bahkan, ia akan selalu berusaha meningkatkan derajat serta kualitas kemanusiaannya.

Nafsu-nafsu duniawi yang menghalangi pencapaian fitrah, dikendalikan dengan tapa laku dan memahami takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Karena hidup ini tidak lepas dari kepastian dari Tuhan maka segala yang telah tercapai harus disyukuri, diambil hikmahnya, dan harus diterima dengan ikhlas, hati yang lapang, tabah, dan pasrah. Tabah dan pasrah menunjukkan kestabilan jiwa seseorang dalam menjalani hidup. Namun demikian, orang harus wajib berikhtiar dan harus berusaha semampunya. Namun usaha tersebut perlu dijalani sewajarnya, tidak memaksakan diri di luar batas kemampuannya, melanggar ajaran agama, dan merugikan orang lain. Orang yang hidup memaksakan diri dan neko-neko (bertingkah), cenderung untuk berbuat dan berperilaku tidak baik, yang justru menjauhkan dirinya dari pencapaian fitrahnya sebagai manusia.
Pamor Adeg & Tambal Jimat
Pamor Adeg banyak dijumpai, tergolong pamor pemilih tetapi lebih banyak yang cocok daripada tidak. Tuahnya terutama sebagai penolak, ada yang menolak guna-guna, ada yang menolak wabah, angin ribut, banjir dan lainnya. Ada yang hanya menolak satu sifat ada yang beberapa sifat penolakan.

Sedangkan pamor Tambal Jimat mirip goresan kuas besar pada sebuah bidang lukisan. Tuahnya biasanya menambah kewibawaan dan membantu menyelesaikan masalah baik untuk diri sendiri maupun orang lain, dlm istilah Jawa dikatakan "Ora mbalekake pitakon" (tidak mengembalikan pertanyaan)

1     2     3     4     5     6     7     8     9      10......

Thursday, May 3, 2018

RAJAH KALACAKRA

Sebetulnya ini ilmu wingit yang hanya boleh dipelajari para ksatrya dibawah bimbingan Maha Resi pilihan. Merupakan penangkal dari raksasa bernama "BHATARA KALA" yang diijinkan memangsa orang dengan karakter tertentu didunia sebagai makanannya. Tetapi Sang Hyang Wenang tidak ingin mahluk semesta habis jadi mangsanya, mengutus Sang Hyang Wisnu turun ke dunia guna meruwat umat semesta yang karakternya layak dijadikan mangsa Bhatara Kala.

Maka menyamarlah Hyang Wisnu menjadi seorang dalang yang meruwat manusia dengan karakter kesialan tertentu (sukerta) agar terhindar menjadi mangsa si Bhatara Kala. Salah satunya adalah dengan membaca "Rerajahan" (pahatan tanda atau tatto) yang ada di dahi sang Bhatara Kala. Karena siapapun yang mampu membaca rerajahan tersebut dilarang untuk dimangsa, itu perintah Sang Hyang Wenang yang harus dilaksanakan Bhatara Kala.

Maka lahirlah ilmu ini : Rajah Kalacakra. Banyak yang memahami sebagai alat tolak balak mengusir kesialan, tetapi harusnya mereka juga tahu bila ketika membacanya itu perlu perilaku khusus dan pemahaman khusus pula seperti yang diperankan Sang Hyang Wisnu. Sebab ketika ANDA SALAH MELAKUKAN DAN MEMAHAMINYA, yang terjadi adalah sebaliknya. Karena mantera itu justru mendatangkan si Bhatara Kala di lingkungan anda. INI YANG HARUS ANDA PAHAMI.

Dalam gambar dibawah, mantera atau matram harusnya ditulis atau dibaca dalam aksara JAWI dan bahasa JAWI. Sebab ilmu ini lahir di era Kerajaan Medang Kadhiri sekitar abad ke-8, dimana saat itu ilmu pangiwo sangat dahsyat terjadi. Kekuatan multidimensionalnya mampu merasuki semua elemen kehidupan, sampai suatu saat ada salah satu pemimpin utamanya menegakkan hukum bagi aliran pangiwo, bahwa siapapun yang bisa melantunkan mantera Kalacakra sesungguhnya adalah kerabat sendiri yang tidak boleh disakiti.

Sejarah itulah yang kemudian digubah menjadi sastra ruwat "Bhatara Kala melawan Sang Hyang Wisnu". Jadi kalau anda bukan kerabat dari pangiwo ataupun tidak paham lelakunya, saya anjurkan untuk tidak membaca matram ini. KARENA INI SAMA ARTINYA MENGUNDANG KEKUATAN MULTIDIMENSI HADIR DISEKELILING ANDA UNTUK MENGUJI, APAKAH ANDA BAGIAN KERABATNYA ATAUKAH JUSTRU BAGIAN LAIN YANG HARUS DILENYAPKAN LEWAT KESENGSARAAN.

Ilmu Pangiwo adalah sebagian dari anugrah TUHAN kepada semesta, sebagai pengontrol keseimbangan di dunia. Ada yang menyebutnya SYIWA TANTRA ataupun SYIWA GIRINDRA. Dia adalah bagian dari negeri ini, nasionalismenya dan kecintaannya kepada tanah airnya sulit tertandingi. Itulah dasar yang menjadi ketegasan mereka bersikap, tetapi dimata manusia lainnya : kekejamannya sudah keluar dari norma semesta.

1      2      3      4      5      6      7      8      9      10......

Tuesday, May 1, 2018

Pusaka Peninggalan RAJA-RAJA

Prabu Siliwangi adalah sebuah nama raja yang melenggenda di tanah 
Sunda hingga hari ini. Prabu Siliwangi hingga kini masih sangat disegani
setiap penghuni tanah Sunda. Dan hingga kini, Prabu Siliwangi 
dinobatkan sebagai raja terbaik di tanah Pasundan.
Prabu Siliwangi di era kepemimpinannya mampu menciptakan suasana yang
aman, damai dan tentram bagi rakyatnya dengan cara kepemimpinan yang 
tegas dan bijaksana.
Selain adil, bijaksana dan tegas, Prabu Siliwangi juga terkenal akan
ilmu kanuragan dan juga benda pusaka yang dimilikinya. Selain itu beliau
juga terkenal dengan banyak anak buah dari alam gaib seperti macan gaib
yang berhasil ditaklukkannya.

1      2      3      4      5      6      7      8      9      10......

Thursday, April 26, 2018

TIMOHO -Timaha

Kayu Timaha yang berkhasiat adalah yang mengandung pelet. Kayu Timaha merupakan kayu yang paling digemari dikalangan pecinta keris, terutama untuk bahan warangka keris dikalangan pecinta keris Yogyakarta, Madura dan Bali.







Pohonnya bisa mencapai ketinggian 25m memiliki nama ilmiah Kleinhovia Hospita ini mempunyai beberapa nama berbeda disetiap tempat, di Jawa Tengah bagian utara disebut kayu Kalomang, di Madiun disebut Kalomang, kadang disebut Timongo, di Bali disebut Purnama Sadha atau Timahan, orang Jawa Barat menyebutnya kayu Tengkele atau Tangkolo, di Sumbawa namanya kayu Barora sedang di Sumba disebut kayu Mundung.
Pohon ini merupakan tumbuhan tropis yang banyak dijumpai diseluruh penjuru tanah air dan cara tumbuhnyapun sangat mudah yaitu cukup di stek batangnya saja.

Timaha ngasilaké kayu kang ènthèng, alus, werna bungalan (coklat-kuning pucet) semu jambon, tekstur rada alus, kurang awèt; senajan gampang digaringaké, gampang digarap lan gampang uga dipernis. Kerapetané kayu watara 

Kajaba kanggo sawetara gawé, kayu timaha kurang digunakaké amarga ukurané kang ora bisa gedhé. Nanging sawetara kayu kang amarga penyakit, ngasilaké kayu kang corak seraté ora jamak. Kayu iki diarani pèlèt, lan ing jaman kapungkur larang ajiné, dipilih kanggo garan lan warangka keris, gegaman liyané, botèkan, lan piranti liyané. Pèlèt kayu saka gémbol kang uraté ruwet saka pérangan kayu lan oyot disenengi amarga wulet, lan lumrah kanggo garan béndho lan parang
Contoh Pelet yang timbul dari pohon Timaha :

PELET KENDHIT, pelet yang melingkar pada kayu dengan warna yang lebih gelap dari kayu, dan Peletnya harus melintang memotong lajur serat kayu dan kelihatan mengkilap seperti bara api. Pelet jenis ini berkhasiat membawa kebahagiaan, kemudahan, kekayaan dan melindungi diri dari bahaya dan penyakit bagi pemiliknya.

1      2      3      4      5      6      7      8      9      10......

Thursday, November 8, 2012

TUAH KERIS

Magic yang keluar dari aura keris, banyak orang yang menyebutnya sebagai ilmu hipnotis atau daya saran, bagi manusia atau hewan dapat juga berpengaruh oleh daya saran tersebut. Sehingga apapun yang disugestikan oleh seorang hipnotisur akan mempengaruhi jalan pikirannya.

Berdasarkan ilmu perkerisan, bisa disimpulkan, bahwa para empu zaman dulu adalah seorang pakar ahli bathin, sehingga mereka mampu menciptakan sebilah keris dengan memasukkan ilmu aji atau postipnotis pada tiap tempaannya sehingga serat keris itu jadi mempunyai suatu daya magic yang sangat besar pengaruhnya.

Berdasarkan hasil penelitian para psikologi tersebut. Keris menjadi suatu kepercayaan dan kebanggaan si pemegang karena tuahnya, bahkan dari situ pula sugesti orang akan terpanggil. Seperti keris bisa berwujud manusia serem, berubah seekor naga dan lain-lain.

Konon permulaan keris terjadi di zaman pewayangan. Dalam prasejarah mengatakan para dewa membuatnya untuk para manusia bumi yang membutuhkan. Sebut saja keluarga Bharata. Baik itu dari kelompok Astina atau kalangan Pandawa. Tentunya mereka harus melalui ritual yang cukup lama sehingga para dewa mereka kasihan dan akhirnya memberi pusaka tersebut.

Namun dalam perang Bharatayuda, keris pemberian dewa banyak yang hilang, diantaranya, Sang Yuyu Rumpung (berbentuk lurus), Sang Pasopati (berbentuk lurus), Sang Bango Dolog (berluk 3), Sang Bakung (berluk 5), Sang Balebang (berluk 11), Sang Keracan (berluk 10) dan masih banyak yang lainnya.

Sehingga pada zaman Majapahit yang pertama, sang raja memerintahkan kepada seluruh empu sakti madraguna untuk membuat keris yang mirip dengan beberapa keris pembuatan para dewa dan dengan kepandaian mereka semua. Akhirnya terlahir juga bentuk keris yang sangat mumpuni sebagai pegangan para raja zaman itu.


Sebagai pengenalan dasar, kita juga harus tahu tentang apa yang disebut Madya atau zaman pembuatan, karena semua itu adalah kunci awal untuk mengenal lebih dekat keindahan sebuah magic keris dan perawatannya, dan disini dibagi menjadi 5 Madya, diantaranya :

KUNO
Sebuah pembuatan keris yang dibikin antara tahun 125 M – 1125 M oleh
beberapa Empu di zaman purwacarita, beliau adalah, Empu Hyang Ramadi, Empu Iskadi, Empu Sugarti, Empu Mayang dan Empu Sarpadewa.

MADYA KUNO
Sebuah pembuatan keris yang dibikin antara tahun 1126 m – 1250 m
meliputi Kerajaan Jenggala, Kediri, Pajajaran dan Cirebon.
Empunya adalah, Kyai Gebang, Kyai Bayu Aji, Nini Sumbro, Empu Akas, Empu Lung Lungan, Empu Dewayani dan lain-lain.

MADYA PERTENGAHAN
Sebuah pembuatan keris yang bikin dibikin antara tahun 1251 m – 1459 m meliputi kerajaan, Jenggala, Kediri, Tuban, Madura dan Blambangan. Empu pada masa itu adalah, Empu Bromo Koolali, Empu Luwuk, Empu Sriloka, Empu Sutapasana, Empu Kuwung dan Empu kisa.

TENGAH
Sebuah pembuatan keris yang dibikin antara tahun 1460 M – 1613 M meliputi kerajaan, Madiun, Demak, Pajang dan Mataram.
Empunya adalah, Empu Tudung, Empu Joko Supo, Empu, Empu Lobang, Empu Looning, Empu Kithing, Empu Warih dan Empu Madrim.

MUDA
Sebuah pembuatan keris yang dibikin antara tahun 1614 M hingga para empu sakti telah tiada, meliputi kerajaan Kertasura dan Surakarta, empunya adalah Empu Mangun Malelo, Empu Tarung Wongso, Empu Hastronoyo, Empu Wiro Sukadgo, Empu Brojo Sentiko dan Empu Sendang Warih.

Untuk lebih mengenal jauh tentang perkerisan, banyak cara yang harus ditelaah, seperti saat kita menemukan sebuah keris misalnya. Tentunya keris itu pasti berkarat atau berwarna kitam legam, sehingga untuk mengecek pamor atau bentuk keseluruhan keris jadi terhalang akibatnya.

Nah, untuk mempermudah membersihkan sebilah keris, baik itu dari noda karat atau bekas luluran minyak cobalah ikuti cara sebagai berikut :
- Siapkan air kelapa hijau 2 buah dan 10 jeruk nipis.
- Rendamlah keris tersebut pada air kelapa tadi. Lalu potonglah semua jeruk nipis menjadi 4 bagian, masukkan semua potongan jeruk nipis ke dalam air kelapa dan biarkan selama 24 jam lamanya.

Bila sudah mencapai waktu yang maksimal, angkatlah keris tersebut, biasanya keris menjadi bersih dan mengkilat, tapi bila masih tersisa noda pakailah sikat gigi untuk menghilangkannya. Dan dari situ pula kita akan bisa melihat secara seksama keaslian bahan keris juga pamor secara menyeluruh.

Dalam pengenalan bentuk keris, tentunya kita harus memahami betul dari mana keris itu dibuat, zaman apa dan dari kerajaan mana. Untuk semua itu bisa kita lihat lewat bahan, warna besi juga warna pamor, "dimana letak rahasianya".
Setiap kerajaan zaman dulu juga para empu yang membuatnya, semua mempunyai perbedaan yang mencolok, yaitu :

- Bilahan keris dengan bahan besi berwarna keputih-putihan serta pamornya yang mempunyai warna putih gajih, juga bila diraba terasa kering, maka sudah dipastikan keris tersebut dibikin pada zaman kerajaan Pajajaran.

- Bilahan keris dengan bahan besi berwarna hitam kebiruan serta pamornya yang menyerupai bentuk rambut. Bila dipegang terasa keras dan kuat, maka ciri seperti itu dibikin oleh para empu kerajaan Majapahit.

-Bilahan keris dengan bahan besi berwarna putih jelas, serta mempunyai pamor rambut berwarna putih gajih, bila diraba berkesan basah dan agak lembek, maka keris tersebut mempunyai ciri khas berasal dari kerajaan Blambangan.

- Bilahan keris dengan bahan besi berwarna hitam kebiruan serta punya pamor yang tak jelas, bila diraba terasa basah, maka keris dengan ciri seperti itu pasti dibikin para empu dari kerajaan Demak.

- Bilahan keris dengan bahan besi berwarna kebiru-biruan serta punya pamor halus berwarna putih bersih, bila diraba terasa kering dan padat berisi, maka bisa dipastikan keris tersebut yang bikinnya para empu kerajaan Mataram.

Begitulah cerita sebilah keris, namun sebaiknya kita juga harus memahami tentang khasiat dari keris itu sendiri. Agar dikemudian hari tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Cara seperti itu disebut dengan nama MENDATA BUNYI.

Caranya juga sangat mudah lepaskan gagang keris (telanjang) gapitlah sepertiga bilahan keris dengan ibu jari dan telunjuk (diapit) dekatkan bilakan keris pada kuping sebelah kiri. Lalu bilahan tersebut ditingting atau dipukul dengan kuku jari telunjuk yang kanan. Biasanya dari pantulan itu akan terdengar bunyi thing, gong, ngong, teng atau gur. Dari tata cara seperti tu akan bisa melihat karakter dari pembawaan atau sifat keris tersebut.

Mendengung seperti suara lebah, biasanya keris semacam itu mempunyai pamor melengkung atau bergelombang, nama besinya Karang Kijang, manfaatnya pendiam dan sabar.

Warna besinya hijau metalik, nama besinya Karindu Aji, manfaatnya untuk kewibawaan, cepat kaya dan posisinya baik.

Warna besi ungu kebiruan, nama besinya Walulin, manfaatnya badan sehat, dihormati orang, mudah menyelesaikan masalah.

Warna besinya biru bening, nama besinya Windu Aji, manfaatnya untuk keselamatan.

Warna besinya kuning kehijauan, nama besinya Walangi, manfaatnya lancar dalam sandang pangan, pengasihan dan bagus untuk karier simpan pinjam.

Warna besinya putih kebiruan, nama besinya Melelaruyun, manfaatnya untuk kedigjayaan atau kekuatan.

Nong-ngong …… warna besinya hitam legam, nama besinya Warani, manfaatnya bisa mencapai derajat tinggi, kaya raya dan selalu sukses dalam menjalankan pemerintahan.

Warna besinya hitam lumut, nama besinya Terate, manfaatnya untuk pengasihan.

 Warna besinya putih mentah, nama besinya Malelagedaga, manfaatnya sabar, dan selalu dikasihani.

Warna besinya putih mentah, nama besinya Kanthot, manfaatnya untuk ketentraman keluarga.

Begitulah sepenggal pemahaman sebilah keris. Semoga menjadi suatu kajian wabil khusus, kolektor-kolektor handal di bidangnya. SALAM RAHAYU.


1      2      3      4      5      6      7      8      9      10......